Perlawanan Liu Ngie di Bangka 1899: Perjuangan Antar Etnis Melawan Penjajahan Belanda Untuk Kemerdekaan

oleh -255 Dilihat
oleh
banner 468x60

Oleh: Dato’k Akhmad Elvian, Sejarahwan

Bangka, Berita-Fakta.com — Perlawanan dari Liu Ngie, seorang pejuang Tionghoa, mewarnai sejarah perlawanan rakyat Bangka terhadap Pemerintah Hindia Belanda pada akhir abad ke-19.

banner 336x280

Peristiwa ini terjadi pada Maret 1899, diawali di Distrik Koba, kemudian meluas ke Sungailiat, Merawang, dan Pangkalpinang.

Pemberontakan ini menunjukkan persatuan antara bumiputera Bangka dan komunitas Tionghoa, khususnya peranakan Tionghoa, dalam melawan penjajahan Belanda.

Latar Belakang Pemberontakan

Menurut sejarawan Heidhues (2008), pemberontakan Liu Ngie dipicu oleh kondisi buruk di tambang-tambang timah di Distrik Koba.

Sembilan tambang di wilayah ini kurang produktif, namun para kepala parit (parithew) memanfaatkan kuli tambang dengan menetapkan harga tinggi di toko-toko mereka dan memberlakukan sanksi berat, seperti denda atau tambahan kerja, untuk pelanggaran kecil.

Sistem ini membuat kuli terlilit utang, sehingga sulit meninggalkan tambang atau kembali ke Tiongkok.

Liu Ngie, seorang pelarian kuli tambang dari Mentok, memimpin perlawanan ini. Pada Oktober 1899, pemberontakan meluas ke Distrik Merawang dan Sungailiat, diikuti sekitar 200-300 pengikut.

Perjuangan kemudian berlanjut ke Distrik Pangkalpinang, menunjukkan semangat perlawanan yang kuat terhadap penindasan Belanda.

Penangkapan dan Hukuman

Pada November 1899, sejumlah pengikut Liu Ngie ditangkap. Liu Ngie dan saudaranya akhirnya ditangkap di Distrik Merawang pada Februari 1900.

Mereka ditahan di Penjara Mentok (Byzendergevangenis), yang dikenal dengan penjagaan ketat dan rantai pemberat pada tahanan untuk mencegah pelarian.

Pada 11 September 1900, Liu Ngie dihukum gantung di Pasar Mentok sebagai peringatan keras dari Belanda untuk mencegah pemberontakan serupa.

Persatuan Bumiputera dan Tionghoa

Pemberontakan Liu Ngie menambah daftar panjang perjuangan rakyat Bangka, menyusul perlawanan Depati Amir pada 1851.

Uniknya, pemberontakan ini tidak memicu konflik antar etnis. Pemberontak Tionghoa, seperti dicatat, menghormati penduduk lokal dengan membayar barang yang diambil, menunjukkan Belanda sebagai musuh bersama bumiputera Bangka dan Tionghoa.

Konteks Sejarah dan Administrasi

Pada masa pemberontakan, Distrik Sungailiat dipimpin oleh J.W. Tamon sebagai kepala afdeeling (11 Maret 1891) dan Demang Mas Atmo Wikromo (30 Desember 1886). Kapitan Titulair Tionghoa dipegang oleh Bong Yap Siep (7 Juli 1900).

Di Merawang, C.H. Hall menjabat sebagai kepala afdeeling (17 Agustus 1801), dengan Demang Mohammad Hidajat (10 Maret 1881) dan Kapitan Titulair Bong Kong Hian (8 September 1890).

Catatan Dr. S.A. Buddingh (1852-1857) menyebutkan bahwa Distrik Koba dipenuhi hutan luas dan tambang timah yang kurang produktif, menjadi salah satu pemicu ketidakpuasan para kuli.

Pemberontakan Liu Ngie menjadi kelanjutan dari perjuangan melawan penjajahan, terinspirasi oleh perlawanan Depati Amir dan Depati Bahrin.

Dampak dan Warisan

Pemberontakan ini memaksa Pemerintah Hindia Belanda mengerahkan pasukan KNIL dari Jawa untuk menumpasnya.

Menurut laporan Residen J.C. Maan (1934-1938), pemberontakan Depati Amir adalah yang terakhir melibatkan militer terhadap bumiputera Bangka, karena setelahnya perlawanan dipimpin oleh pekerja tambang Tionghoa seperti Liu Ngie.

Pada 1913, Pangkalpinang ditetapkan sebagai ibu kota Keresidenan Bangka, menggantikan Mentok, yang menjadi pusat penambangan timah dengan berdirinya BankaTinWinning (BTW). Pangkalpinang mengelola 10 distrik, termasuk Koba, Sungailiat, Merawang, dan lainnya, menandai perubahan signifikan dalam administrasi kolonial.

Semangat Antar Etnis di Bangka

Pemberontakan Liu Ngie mencerminkan semangat perlawanan terhadap ketidakadilan kolonial dan persatuan antar etnis di Bangka.

Perjuangan ini menjadi bagian penting dari sejarah Pulau Bangka, menegaskan peran komunitas Tionghoa dan bumiputera dalam melawan penjajahan Belanda.

banner 336x280

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

No More Posts Available.

No more pages to load.