BANGKA TENGAH, BERITAFAKTA.COM – Bak pepatah “gajah di pelupuk mata tak terlihat, semut di seberang lautan tampak,” kegagalan Pendi alias Abo melenggang ke kursi DPRD Bangka Tengah rupanya tak memadamkan bara ambisinya. Kini, namanya santer disebut-sebut sebagai koordinator utama aktivitas penambangan timah ilegal yang merajalela di Kolong Merbuk Kenari dan Alur Sungai DAS PT Koba Tin.
Bak camuflase di balik jubah “aspirasi masyarakat,” Pendi diduga kuat mengibarkan bendera pungutan 20% yang sejatinya hanyalah akal bulus untuk memperkaya diri.
Suara sumbang dari Kolong Merbuk Kenari menggema, menuding Pendi “Abo” sebagai dalang di balik hiruk-pikuk penambangan liar. Ibarat mata rantai yang tak terputus, ia juga disinyalir menjadi koordinator sekaligus penadah di area Alur Sungai DAS PT Koba Tin, tempat di mana pagar pembatas sungai, yang notabene aset negara, kini porak-poranda bak rumah reyot dihantam badai.
“Pengumpulan 20% itu akal-akal dia saja, untuk pribadi dia,” ujar seorang warga yang resah, tak ingin disebutkan namanya.
Kecurigaan ini bukan tanpa dasar. Harga timah per karung, konon, mencapai Rp 95.000, tergantung kualitas. Semalam saja, aktivitas penambangan ini bisa menghasilkan hingga 300 karung timah, bak aliran uang yang tak terbendung.
Mirisnya, bayang-bayang keterlibatan oknum penegak perda turut menyelimuti carut-marut ini. Nama-nama seperti SPL, Fendi Abok, Joni, Raki, Kandar, dan Mas No, termasuk seorang anggota Satpol PP Bangka Tengah, disebut-sebut ikut terseret dalam pusaran praktik kotor ini. Mereka bahkan diduga turut memasang spanduk peringatan, bak macan ompong yang tak bertaring.
Upaya penertiban oleh pihak Polsek dan Pemda Bangka Tengah, yang sempat menghentikan aktivitas ini, bak angin lalu. Penambangan ilegal tetap menggeliat, tak peduli pada aturan dan peringatan.
Dampak dari “penyakit” masyarakat ini tak hanya terbatas pada kerusakan lingkungan dan kerugian negara.
Warga pun kini merana. Bak jamur di musim hujan, tong-tong sampah di sekitar permukiman tiba-tiba raib, diduga kuat menjadi korban pencurian untuk dijadikan alat penambangan.
“Masyarakat sudah resah, banyak tong sampah yang hilang, dipakai untuk ngelimbang di sana,” keluh warga lainnya, mengibaratkan tong sampah sebagai tumbal dari kerakusan segelintir orang.
Kasus ini bagaikan gunung es, menunjukkan betapa kompleksnya masalah penambangan timah ilegal di Bangka Tengah. Perlu tindakan tegas dan terpadu dari berbagai pihak untuk memberantas akar permasalahan ini, sebelum Bangka Tengah kehilangan kilau emas putihnya dan hanya menyisakan derita. (MJ001)











