PANGKALPINANG, BERITA-FAKTA.COM – Di jantung Pulau Bangka, tempat timah bersinar dan laut memanggil, tersimpan kisah-kisah heroik yang tak hanya diukir oleh tangan-tangan perkasa kaum Adam. Nyatanya, dalam setiap jengkal perjuangan memutus rantai penjajahan, hadir pula srikandi-srikandi Bangka yang bak karang diterpa badai, kokoh menorehkan jejak perlawanan. Mereka adalah potret ketangguhan perempuan yang tak kalah gagah dari para pejuang pria, memancarkan aura keberanian yang mampu mengoyak belenggu penindasan.
Peran mereka bukan sekadar bayangan, melainkan sayap-sayap perjuangan yang ikut membakar semangat perlawanan. Ambil contoh kisah pilu nan perkasa dari keluarga Depati Amir, pahlawan Bangka yang namanya menggetarkan sanubari penjajah. Saudara-saudara perempuannya, Ipa dan Sena, serta sang istri tercinta, Imoer, tak gentar menghadapi murka serdadu Belanda. Akibat bara perlawanan yang mereka kobarkan, ketiganya harus merasakan pahitnya hidup di balik jeruji besi, lantas dijatuhi hukuman buang ke Keresidenan Timor. Sebuah pahitnya pengorbanan yang menjadi monumen bisu keteguhan hati.
Tak hanya itu, catatan sejarah kolonial Belanda pun menguak tabir keberanian mereka. Dalam Laporan bertanggal 17 Januari 1851, Nomor A/19, terkuak fakta mengejutkan: sekitar 50 wanita dan anak-anak dari daerah Mapur turut angkat senjata, membenamkan diri dalam kancah peperangan. Mereka adalah bunga-bunga perlawanan yang mekar di tengah riuhnya dentuman meriam, membuktikan bahwa semangat juang tak mengenal usia maupun gender.
Lalu, sebuah surat dari wakil Administrateur Belanda, C. Van Schukman, yang dialamatkan kepada Administrateur di Pangkalpinang pada 19 Agustus 1850, Nomor 22, menyingkap rahasia lain. Terungkaplah nama Moenam, seorang perempuan perkasa yang menjadi tangan kanan Depati Amir. Moenam, dengan segala kecerdasan dan keberaniannya, adalah jantung strategi Depati Amir, bermarkas di wilayah Kanda dekat Kampung Depak. Ia adalah nyala api yang tak pernah padam, membimbing perjuangan dari balik bayangan.
Menurut Dato’ Akhmad Elvian, DPMP, seorang Sejarawan dan Budayawan penerima Anugerah Kebudayaan Indonesia, kisah-kisah ini adalah untaian mutiara yang wajib diingat.
“Peran perempuan dalam perjuangan kemerdekaan di Pulau Bangka adalah nadi sejarah yang tak boleh terlupakan. Mereka adalah pilar-pilar kokoh yang menopang perjuangan, memberikan nafas kehidupan pada setiap desah perlawanan,” ungkap Dato’ Elvian.
Srikandi-srikandi Bangka adalah bukti nyata bahwa kekuatan sejati tidak hanya terletak pada otot, melainkan juga pada semangat membara dan ketangguhan jiwa yang mampu menembus batas ketidakmungkinan. Kisah mereka adalah cermin abadi tentang bagaimana perempuan mampu menjadi pahlawan tanpa tanda jasa, mengukir sejarah dengan tinta emas perjuangan. (MJ001)











